Apa itu Collagen
?
Sumber Collagen
yang digunakan adalah berasal dari ikan dan disebut Fish Collagen. Salah satu
orgasnime perairan air tawar yang diperkirakan mampu menjadi alternatif sumber
kolagen adalah ikan gabus, dimana bagian yang paling berpotensi sebagai sumber
kolagen dari ikan gabus adalah kulit.
Kolagen yang
diperoleh selanjutnya digunakan untuk menyeleksi bakteri asal Indonesia yang
diduga memiliki aktivitas kolagenolitik. Karakterisasi kolagenase isolat
terpilih kemudian dilakukan untuk mengetahui kondisi optimal kerja enzim.
Berdasarkan metode ekstraksi kolagen, kolagen yang diperoleh dari kulit ikan
gabus tergolong ke dalam Water Soluble Collagen (WSC) dan Acid Soluble Collagen
(ASC) dengan berat molekul di atas 97 kDa. Kadar protein yang diperoleh pada
WSC dan ASC berturut-turut adalah 0.048 – 0.092 mg/ml dan 0.546 – 1.323 mg/ml.
ASC yang diperoleh kemudian ditambahkan ke dalam media pertumbuhan dari sepuluh
jenis isolat bakteri asal Indonesia.
Hasil skrining
kesepuluh isolat bakteri menggunakan metode zimografi menunjukkan hasil positif
untuk deteksi aktivitas kolagenase. Salah satu isolat, yaitu Bacillus
licheniformis F11.4 kemudian ditumbuhkan pada media yang diperkaya dengan
kolagen sebesar 15% dan diinkubasi pada kondisi yang sama dengan proses
skrining. Kolagenase Bacillus licheniformis F11.4 memiliki berat molekul 15 kDa
dengan suhu optimum pada 400C dan pH optimum pada pH 8-9. Aktivitas kolagenase
dihambat oleh PMSF (phenylmethanesulfonyl fluoride) (1mM) sedangkan penambahan
CoCl2 mampu meningkatkan aktivitasnya. Penambahan ZnCl2 (5mM), MgCl2 (5mM),
NaCl (5mM), dan NaSO4 (5mM) memberikan efek yang minimum terhadap aktivitas
kolagenase Bacillus licheniformis F11.4. Kolagenase Bacillus licheniformis
F11.4 mampu menghidrolisis substrat kolagen ASC yang ditandai dengan
terbentuknya pita-pita protein baru setelah proses inkubasi. Nilai Km dan Vmax
kolagenase berturut-turut adalah 0.36 mg/ml dan 182.11 U/min yang
mengindikasikan kolagenase bekerja aktif pada konsentrasi substrat rendah.
Sumber Utama
Collagen
Sumber kolagen
pada ikan banyak terdapat pada kulit dan sisiknya. Sisik ikan banyak mengandung
senyawa organik antara lain protein sebesar 41-84% berupa kolagen dan
ichtylepidin. Berdasarkan penelitian Nagai et.al (2004), komponen yang terdapat
pada sisik ikan antara lain adalah 70% air, 27% protein, 1% lemak, dan 2% abu.
Senyawa organik terdiri dari 40-90% pada sisik ikan dan selebihnya merupakan
kolagen. Saat ini sisik ikan dalam jumlah besar dapat diperoleh dari limbah
buangan penjualan ikan atau perusahaan pengolahan ikan, khususnya perusahaan
pembekuan yang mengolah produknya dalam bentuk frozen scale-off.
Kolagen
merupakan bagian dari protein berjenis stroma. Protein ini tidak dapat
diekstrak dengan air, larutan asam, alkali atau larutan garam pada konsentrasi
0,01-0,1. Kolagen dapat mengembang karena daya ikat pada struktur molekulnya
melemah saat diberikan perlakuan pH di bawah 4 atau dinaikkan sampai pH 10.
Sumber utama
kolagen sampai saat ini hanya terbatas dari hewan ternak dan kulit/ tulang
babi. Namun, akhir-akhir ini ditemukan hewan ternak terinfeksi penyakit bovine
spongiform encelopathy (BSE), sehingga perlu dicari sumber alternatif contohnya
yaitu dari sisik ikan.
Kolagen banyak
dimanfaatkan dalam bidang medis dan kosmetik. Meskipun gel yang dihasilkan
kolagen ikan bukan merupakan gel yang kuat, tetapi dapat digunakan dengan baik
untuk aplikasi industri, contohnya seperti mikroenkapsulasi dan edible film.
Kolagen memiliki
kemampuan untuk memberikan sifat elastis pada kulit, dan dapat mengurangi
keriput yang terjadi sebagai efek dari penuaan. Kolagen juga banyak ditemukan
di kornea mata dalam bentuk kristal.
Kolagen pada
bidang bedah kosmetik dapat digunakan untuk memperbesar volume bibir. Kolagen
mudah merenggang (melunak) apabila kondisi lingkungan keasamannya tinggi (pH
< 4). Asam asetat dan sitrat merupakan asam organik yang memiliki sifat
keasaman yang berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan
berbagai jenis asam untuk mendapatkan kolagen terbaik.
Penggunaan
larutan asam asetat dapat mengembangkan kolagen sebanyak 50% lebih dibandingkan
menggunakan asam kuat HCl. Pada penelitian yang kami lakukan penggunaan asam
asetat dengan konsentrasi 0,5M berbahan baku kulit ikan hiu diperoleh rendemen
sekitar 12%. Hasil perlakuan terbaik kami (kolagen dari sisik ikan kakap
merah), yaitu ekstraksi kolagen dengan menggunakan asam asetat konsentrasi 1 M.
Dihasilkan rendemen 20,44% (wb), kadar air 83,75% (wb), titik leleh 43,75oC dan
suhu denaturasi 31,80C. Dari hasil pengamatan dengan SEM didapat bahwa serat
kolagen mengalami perubahan struktur dengan semakin bertambahnya konsentrasi
asam yang diberikan. Kolagen hasil ekstraksi memiliki 6 pita protein yakni
dengan masing-masing berat molekul 169,48; 150,02; 132,24; 116,57; 88,69 and 74,96
kDa.
0 komentar:
Posting Komentar